PT Tiga Puspa

Mengungkap Sejarah Hari Kesetiakawanan Sosial Dan Nilai Moral Di Dalamnya

Mengungkap Sejarah Hari Kesetiakawanan Sosial Dan Nilai Moral Di Dalamnya

Tidak banyak orang yang memahami adanya perayaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional yang jatuh setiap tanggal 20 Desember. Diadakannya perayaan tersebut tidak lebih karena munculnya kesadaran bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak akan bisa bertahan hidup tanpa bantuan orang lain. Menyikapi fakta tersebut, tidak mengherankan jika dalam jiwa setiap orang harus dilandasi dengan sikap tolong menolong sekaligus juga rasa setia kawan kepada sesama guna terjalin persatuan dan kesatuan dalam suatu kehidupan.

Berangkat dari diadakannya Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, siapa sangka jika kemudian banyak orang yang tidak memahami mengapa ada sebuah hari kesetiakawanan. Sejarah panjang di beberapa tahun silam menjadi jawaban atas munculnya perayaan tersebut. Bahkan berbagai momentum penting turut mewarnai lahirnya hari kesetiakawanan.

Oleh sebab itu, akan sangat tepat jika ke depannya setiap tanggal 20 Desember dilakukan peringatan hari kesetiakawanan sebagai bentuk partisipasi dalam mengingat perjuangan pada masa lampau sekaligus meningkatkan solidaritas dengan sesama.

 

Sejarah Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional

Terlepas dari adanya Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, disebutkan bahwa sejarah bermula di kala adanya usaha dalam mempertahankan kemerdekaan yang berlangsung pada tahun 1945 sampai 1948. Setelah masyarakat Indonesia di jajah dalam kurun waktu selama 3,5 abad, pemerintah Indonesia menyadari pentingnya pemulihan sosial pada masyarakat Indonesia. Kesadaran atas pentingnya hal tersebut muncul pada bulan Juli 1949 ketika ibu kota Indonesia masih berada di Yogyakarta.

Ketika kemerdekaan telah diproklamirkan, pemerintah Indonesia masih harus berjaga-jaga untuk menjaga kedaulatan Indonesia mengingat Belanda kembali menduduki Indonesia pada selang 3 tahun kemudian. Beruntung pada saat itu beberapa tokoh nasional yang saat itu ada di wilayah Sumatera Barat segera mendirikan PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) dan dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Beruntung pada saat itu pihak Belanda berkeinginan untuk mengakui atas kemerdekaan Indonesia. Dari sinilah kemudian muncul cikal bakal Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional.

Selanjutnya, pada Juli 1949 pemerintah menyadari adanya rasa trauma yang masih ada pada masyarakat Indonesia setelah mengalami masa penjajahan yang sangat panjang. Melihat kondisi tersebut, pihak Kementrian Sosial berinisiatif untuk memberikan berbagai penyuluhan kepada semua tokoh masyarakat sebagai bentuk rasa empati untuk menghilangkan trauma yang sangat parah tersebut.

Para pekerja sosial pada saat itu akhirnya berhasil dalam memulihkan permasalahan sosial yang terjadi saat itu hingga pada akhirnya muncul ide untuk menyelenggarakan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional.

Keberhasilan dari pekerja sosial dalam membantu mengatasi permasalahan sosial saat itu juga menumbuhkan rasa kesetiakawanan yang sangat besar di antara masyarakat. Untuk memperkokoh rasa tersebut dan tetap dipegang teguh dalam menjalani kehidupan bermasyarakat pasca penjajahan, pemerintah membuat sebuah lambang pekerjaan sosial sekaligus juga kode etik sosiawan. Tindak lanjut yang dilakukan pemerintah ini juga menjadi awal adanya Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional.

Untuk menentapkan momentum yang sangat penting dalam sejarah panjang Indonesia, pada tanggal 20 Desember 1958 ditetapkan sebagai hari sosial. Penetapan tanggal tersebut dilakukan oleh H. Moeljadi Djojomartono yang merupakan Menteri Sosial. Selanjutnya, pada tahun 1976, perayaan tersebut kemudian diubah menjadi hari kebaktian sosial hingga tepatnya pada 20 Desember 1983, nama tersebut kembali diubah menjadi Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional.

 

Dua nilai moral yang perlu ditekankan

Diperingatinya Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional juga mendapatkan tanggapan dari Rahmat, SH yang merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Pengusaha Berkarya yang menganggap bahwa perayaan tersebut memiliki makna penting di dalamnya. menurutnya bahwa dalam perayaan tersebut, masyarakat diminta untuk senantiasa mengamalkan nilai kesetiakawanan sosial yang berkembang di masyarakat guna membantu dalam mewujudkan tatanan sosial sekaligus kesejahteraan sosial yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Dari kacamata kelompok pengusaha, disebutkan bahwa setiap orang harus memiliki nilai kesetiakawanan yang dilandasi dengan dua moral penting di dalamnya. Tanpa mengabaikan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, berikut ini beberapa nilai moral yang terkandung dalam hari kesetikawanan untuk diambil sebagai pelajaran.

  1. Nilai moral yang berkaitan dengan tolong menolong menjadi salah satu hal yang memang wajib untuk dijunjung tinggi dalam perayaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional kali ini. Hal ini mengingat banyaknya berbagai permasalahan seperti bencana alam dan lain sebagainya yang membutuhkan rasa kesetiakawanan tinggi untuk saling meringankan beban penderitaan.
  2. Nilai moral gotong royong juga turut serta menjadi hal yang wajib untuk diterapkan dalam Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional. Tindakan tolong menolong ini harus dilakukan tanpa memandang adanya perbedaan ras, suku, budaya dan agama, mengingat Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan kemajemukan yang menjadi identitas setiap wilayah.

Dari sini, bisa dikatakan bahwa keberadaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional menjadi sangat penting untuk selalu diingat dan dijadikan sebagai momen penting untuk terus meningkatkan rasa solidaritas dengan sesama. Selain itu, diselenggarakannya peringatan tersebut juga merupakan bentuk dari manifestasi masyarakat dalam mengingat perjuangan kelompok sosial pasca kemerdekaan dalam membantu memulihkan kondisi sosial masyarakat yang saat itu diselimuti oleh trauma yang mendalam.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

tiga puspa sertifikat bpom