Sejarah Hari Kusta Sedunia yang Diperingati 27 Januari
Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit yang menyerang kulit, jaringan, saraf tepi maupun organ tubuh lainnya pada manusia. Penyakit satu ini juga termasuk jenis penyakit menular tetapi tidak mudah menular sebab proses penularannya melalui kontak erat secara terus menerus dengan penderita. Namun penyakit kusta tak bisa dianggap remeh karena penyakit ini jika terlambat ditangani akan menimbulkan kecacatan pada tubuh yang menyeramkan. Hal ini membuat penderita kusta akhirnya dikucilkan oleh masyarakat.
Untuk mengubah stigma buruk masyarakat terhadap penderita kusta sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih waspada terhadap kusta maka setiap 27 Januari diperingati sebagai Hari Kusta Sedunia. Setiap tahunnya di Indonesia peringatan ini juga terus diselenggarakan termasuk pada Hari Kesehatan Nasional 2021 mendatang. Dimana peringatan tersebut tidak terlepas dari upaya untuk mengurangi angka penderita kusta di tanah air sekaligus menghapus stigma buruk kepada penderita kusta.
Sejarah Hari Kusta Sedunia
Hari Kusta Sedunia diperingati tanggal 27 Januari setiap tahunnya dan menjadi titik balik masyarakat dunia agar semakin peduli terhadap penderita kusta. Peringatan hari kusta tersebut untuk pertama kalinya tercetus ketika kampanye besar-besaran yang melibatkan anak-anak hingga orang dewasa yang diselenggarakan oleh masyarakat Afrika. Aksi kampanye tersebut tidak lain adalah sebagai bentuk kepedulian bagi sebuah Yayasan Kusta.
Akan tetapi jauh sebelum kampanye besar-besaran tersebut dilaksanakan di Afrika, ternyata puluhan tahun yang lalu munculah seorang pencetus ide lahirnya Hari Kusta Sedunia sekaligus pendiri yayasan kusta. Adapun tokoh yang dimaksud tersebut yaitu Raoul Fallereau, seorang wartawan Prancis. Raoul Fallereau merupakan sosok pekerja keras serta berjuang keras untuk menggalang kepedulian bagi penderita kusta selama kurang lebih 30 tahun. Raoul juga memberikan nama yayasan yang didirikan tersebut dengan nama Yayasan Raoul Fallereau.
Selain itu, tahun 1955 terdapat 150 radio yang berasal dari 60 negara ikut serta menyiarkan kampanye mengenai pemberantasan kusta. Peristiwa tersebut diketahui terjadi pada bulan Desember 1955. Hal inilah yang menyebabkan peringatan Hari Kusta Sedunia di Eropa ditetapkan pada akhir Desember.
Sedangkan negara-negara di Asia, sebagai cara mengenang jasa Mahatma Gandhi yang telah memberikan perhatian dan jasanya yang begitu besar bagi penderita kusta, maka peringatan Hari Kusta Sedunia ditetapkan setiap minggu terakhir bulan Januari.
Pentingnya Peringatan Hari Kusta Sedunia
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa penyakit kusta termasuk jenis penyakit yang bisa menular. Namun tak perlu khawatir karena penyakit ini sebetulnya bisa disembuhkan tanpa menimbulkan cacat jika penderita ditemukan serta diobati sejak dini. Hal tersebut justru berbeda saat penderita kusta diobati dalam kondisi yang sudah parah atau terlambat sehingga bisa menimbulkan cacat.
Sebetulnya ada dua jenis tingkatan dari kecacatan yang diakibatkan oleh penyakit kusta yakni cacat tingkat I dan II. Dimana untuk kecacatan tingkat I ini merupakan cacat yang belum tampak atau belum ada perubahan anatominya. Sedangkan kecacatan tingkat II biasanya telah terjadi perubahan yang terlihat di anatomi pada penderita kusta.
Kecacatan yang dialami oleh penderita kusta dan nampak dapat bisa menimbulkan kesan yang menyeramkan bagi masyarakat. Hal tersebut membuat masyarakat merasa jijik atau takut yang berlebihan pada penderita kusta. Meskipun penderita kusta sudah menyelesaikan serangkaian pengobatan hingga dinyatakan sembuh serta tidak menular, namun status sebagai penderita kusta akan tetap melekat sampai kapanpun.
Berbagai stigma masyarakat terhadap penderita kusta tersebut ternyata mampu menimbulkan masalah psikologis bagi penderitanya. Tak heran sebagian besar penderita kusta akan memiliki rasa malu, kecewa, takut, tidak berguna serta tidak percaya diri di tengah masyarakat. Akibatnya mereka merasa takut dikucilkan dari lingkungan. Apalagi kebanyakan masyarakat mengucilkan penderita kusta karena cacat yang dialami mereka.
Berdasarkan survey yang dilakukan tahun 2007 di lima Kabupaten di Indonesia yaitu Gresik, Malang, Subang, Bone dan Gowa kepada penderita kusta diketahui bahwa penderita kusta kebanyakan mengalami diskriminasi dari lingkungan tempat tinggal mereka. Stigma serta diskiriminasi tersebut ternyata juga dapat menghambat proses penemuan maupun pengobatan bagi penderita kusta.
Dengan adanya peringatan Hari Kusta Sedunia setiap 27 Januari, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran semua lapisan masyarakat maupun pemerintah untuk menghilangkan stigma negatif dan diskriminasi bagi penderita kusta. Selain itu, masyarakat juga diharapkan bisa membantu para penderita kusta maupun mantan penderita kusta supaya tetap sehat serta selalu menjaga kesehatan mereka secara mandiri.
Selain itu, melalui peringatan Hari Kusta Sedunia diharapkan masyarakat tidak perlu takut namun tetap waspada karena penyakit kusta bisa menular hanya dengan kontak secara langsung dengan penderita dalam kurun waktu yang cukup lama. Meski begitu, masyarakat diharapkan tetap menjaga kebersihan diri maupun lingkungan serta senantiasa menjaga kesehatan.
Peringatan Hari Kusta Sedunia setiap tanggal 27 Januari memang tidak terlepas dari kepedulian terhadap para penderita kusta. Sebab para penderita kusta tidak harus dikucilkan karena kecacatan yang dialami. Selain itu, penyakit ini penularannya tidak mudah tetapi harus tetap diwaspadai dengan senantiasa menjaga kebersihan dan membatasi kontak langsung dengan penderita kusta tanpa harus mengucilkannya.